Kebutuhan Anak Sekolah Dasar

I.    Gizi dan Permasalahannya pada Anak Usia SD

A.   PERKEMBANGAN FISIK PADA ANAK SD
Perkembangan fisik dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan. Santrock (1999) mengatakan bahwa pada masa usia SD pertumbuhan fisik cenderung lambat,tidak seperti pada masa-masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan pada masa remaja. Lefrancois (1986) dalam bukunya Of Children mengemukakan bahwa
menjelang usia 6 sampai 12 tahun, anak menjadi lebih tinggi dan berat.
Secara alamiah kadang kala perbedaan pertumbuhan yang terjadi pada anak usia SD, baik laki-laki maupun perempuan dapat teratasi. Hal ini dikarenakan perbedaan individual yang terjadi diantara mereka, yang banyak dipengaruhi factor genetic (bawaan) dan lingkungan.

1.     Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak usia SD menjadi lebih lentur dan lebih terkoordinasi. Menurut Cratty, anak perempuan kadangkala lebih unggul dalam tugas-tugas motorik yang bersifat ritmis seperti dalam menari atau skipping. Mengingat usianya dan perkembangan fisik maupun motoriknya dan untuk kesempurnaan atau kematangan perkembangan fisiknya maka disarankan agar anak SD lebih aktif. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Santrock (1992) bahwa sebetulnya mereka akan menjadi mudah lelah jika berlama-lama duduk diam daripada berlari, melompat atau melakukan aktivitas lainnya. Pergerakan fisik amat penting bagi mereka untuk menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan keterampilan motoriknya. Untuk itu ada beberapa factor yang berpengaruh dalam perkembangan fisik anak.

2.    Faktor yang Berpengaruh Pada Perkembangan Fisik
Factor bawaan dan lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan fisik seorang anak, seberapa besar pengaruhnya yaitu antara lain :
a.    Bawaan atau genetic
Perkembangan  dan pertumbuhan anak sangat tergantung dari factor bawaan dan lingkungannya. Untuk meneliti pengaruh factor bawaan dan genetic pada perkembangan fisik seseorang, banyak dilakukan penelitian terhadap anak kembar identik (satu telur) yang dibandingkan dengan anak kembar fraternal (lain telur). Dari penelitian tersebut tampak bahwa perkembangan fisik merupakan suatu poses kanalisasi, yaitu adanya kecenderungan dari faktor bawaan untuk membatasi perkembangan dari beberapa karakteristik yang ada.
Berk (2000) mengatakan bahwa pengertian kanalisasi menunjukkan suatu pengertian bagaimana factor bawaan bersama-sama dengan factor lingkungan berpengaruh pada perkembangan seseorang.
Meskipun demikian, potensi genetic atau bawaan dalam setiap aspek perkembangan dalam setiap aspek perkembangan fisik sangat ditentukan oleh bagaimana dukungan dari lingkungan, khususnya pemberian gizi yang baik serta kondisi ibu saat mengandung.

b.    Gizi dan Nutrisi
Gizi dan nutrisi sangat berpengaruh karena merupakan factor penunjang perkembangan fisik seseorang. Contohnya adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, zat besi serta mineral seperti kalsium.
Berk (2000) mengemukakan beberapa hal sebagai berikut

1)    Kaitan usia dan kebutuhan gizi
Gizi merupakan hal yang penting dalam perkembangan seseorang kususnya pada masa bayi karena perkembangan otak dan fisik di usia tersebut berkembang sangat cepat. Kebutuhan energi pada masa ini 2 kali lebih besar dari pada yang diperlukan masa dewasa.



2)   Gizi pada anak SD dan remaja
Berbeda dengan masa sebelumnya, di usia 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun, balita dan selanjutnya makanan yang di konsumsi mulai bervariasi.
Selain itu kebudayaan dan lingkungan social juga berpengaruh terhadap variasi makanan yang dikonsumsi. Dalam buku Kesehatan Keluarga (1999) dijelaskan bahwa cara kita memilih makanan jugan dipengaruhi beberapa factor: budaya, emosi, lingkungan, orang-orang sekitar, pandangan terhadap diri sendiri makanan yang tersedia, dan juga oleh apa yang kita ketahui mengenai makanan serta makanan bergizi.

3)   Malnutrisi (kekurangan gizi)
Di beberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia di mana sumber makanan terbatas, malnutrisi semakin meluas di kalangan penduduknya.  Bellamy (dalam Berk, 2000) menyebutkan bahwa 40 sampai 60% dari anak-anak di dunia tidak mendapat pangan yang cukup. Anak yang kekurangan gizi akan berkembang lebih kecil. Pertumbuhan jaringan otak akan mempengaruhi semua fungsi mental pada anak. Sehingga permasalahan malnutrisi merupakan masalah yang harus ditangani secara serius.

4)   Obesitas (kegemukan)
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas di sebabkan oleh terlalu banyaknya makan melebihi takaran dari yang seharusnya diperlukan oleh tubuh, maka kelebihan tersebut disimpan sebagai lemak tubuh, selain itu karena salahnya pola makan anak. Buku kesehatan keluarga (1999) menjelaskan obesitas disebabkan rendahnya metabolisme tubuh sehingga tubuh hanya membutuhkan tenaga yang minimal untuk beraktivitas.
Secara fisik obesitas banyak menimbulkan masalah kesehatan selain itu masalah psikologis juga dapat terjadi pada anak yang mengalami obesitas.
5)   Penyakit
Pada anak-anak yang bergizi cukup maka penyakit yang didetitanya tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan fisiknya. Namun anak pada anak yang kurang makan maka penyakit yang diderita merupakan masalah yang serius. Contohnya sebagai berikut :
a)    Penyakit infeksi dan malnutrisi
b)   Imunisasi
c)    Kehidupan emosional, yaitu mencakup rangsangan psikologis dari keluarganya. 2 masalah yang disebabkan akibat kehidupan emosional anak adalah
(1)   Kegagalan nonorganic untuk berkembang
(2) Deprives dwarfism

II. Kesehatan dan Prestasi Belajar

A.   HUBUNGAN GIZI DAN KESEHATAN
Kebutuhan akan gizi seimbang di masa kanak-kanak memang tidak dapat disangsikan lagi. Dalam masa pertumbuhannya anak memerlukan konsumsi makanan yang seimbang. Kekurangan zat-zat tertentu yang bermanfaat pada pertumbuhan anak, akan membuat anak kekurangan gizi. Kekurangan gizi akan berakibat pada pada perkembangan fisik dan kesehatan anak.
Laycock dan Caylor (dalam Vasta dkk, 1992) menjelaskan bahwa anak berbakat mungkin berasal dari lingkungan, di mana semua anak tumbuh lebih besar karena mendapat gizi dan perawatan kesehatan yang lebih baik.

B.    HUBUNGAN GIZI DENGAN KEPRIBADIAN DAN EMOSIONALITAS
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan dan gizi yang baik merupakan factor yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Kekurangan gizi pada anak akan berdampak pada kepribadian khususnya emosi dan kecerdasan. Perkembangan otak yang tidak normal membuat anak mengalami hambatan dalam kemampuan intelektualnya. Di segi kepribadian anak dapat mengalami penyesuaian diri yang kurang. Di lain pihak anak menjadi mudah menangis, rewel, dan cepat marah.
Penelitian Cravioto dkk (dalam Ichsan, 1986) menyimpulkan bahwa kekurangan gizi pada usia kurang dari 2tahun selain berhubungan dengan tingkat intelegensi, juga berhubungan dengan perilaku penyesuaian diri anak.

C.    HUBUNGAN GIZI DAN KECERDASAN
Sebagaimana diketahui setiap anak berbeda dalam kemampuan intelektualnya. Factor lingkungan yang berpengaruh besar dalam perkembangan intelektual anak adalah nutrisi atau gizi. Jika anak mengalami malnutrisi maka akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Tetntunya hal tersebut akan berdampak pada kemampuan anak untuk belajar.
Penelitian Sumantri, 1978 (soesmalijah, 1986) menunjukkan bahwa kekurangan zat besi (anemia) dapat mempengaruhi kemampuan menalar, prestasi belajar dan konsentrasi.
Oleh karena itu gizi yang dikandung dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap kecerdasan, kepribadian dan kesehatan seorang anak. Sehingga kita perlu memberikan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan anak.

III.      Teori  Kebutuhan dan Penerapannya bagi Anak Usia SD

A.   TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Teori kebutuhan dari maslow berawal dari adanya berbagai kebutuhan dalam diri seseorang, yang tersusun secara hierakis, dimana jika salah satu kebutuhan sudah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan lain yang lebih tinggi.  Kebutuhan tersebut dapat tersusun secara hierarkis sebagai berikut :
1.         Kebutuhan jasmaniah
2.         Kebutuhan ras aman
3.         Kebutuhan saling memiliki dan mencintai
4.         Kebutuhan untuk dihargai
5.         Kebutuhan aktualisasi diri
Secara garis besar kelima kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan dalam 2 kebutuhan besar, yaitu basic need (kebutuhan dasar) dan meta need. Diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut, kebutuhan aktualisasi diri meupakan kebutuhan yang terpenting untuk memahami perkembangan anak dan perkembangan kepribadian seseorang.
          Teori kebutuhan Maslow memang banyak dientang oleh beberapa ahli, hal ini kaena kebutuhan manusia tidak tersusun secara hierarki tetapi kebutuhan lebih bersifat situasional, misalnya mereka yang  merupakan penggungsi dari daerah konflik, sepeti Sampit atau Ambon, akan lebih memerlukan kebutuhan dasar meskipun sebelumnya kebutuhan ini sudah terpenuhi. Jadi tidak berarti manusia yang sudah melewati kebutuhan fisiknya, tidak akan memerlukan kebutuhan fisiknya kembali karena sudah meningkat ke butuhan yang lebih tinggi.

B.    MOTIVASI INTENSIF
Motivasi merupakan suau kecenderungan di dalam diri seseorang untuk bertindak mencapai suatu tujuan konkret guna memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Pada awalnya motivasi intensif lebih menunjukkan mengenai pentingnya faktor penguat dalam belajar atau kebiasaan dan potensi reaksi yang efektif. Namun sesuai dengan perkembangan teorinya, motivasi intensif lebih merupakan kinerja daripada variabel belajar.
Struktur dari harga diri sangat tergantung dari imformasi yang penting bagi anak dan kemampuan untuk memproses informasi tersebut (dalam Berk,2000). Di usia 6 atau 7 tahun, anak akan membentuk paling tidak 3 buah harga diri ( yaitu harga diri akademik, harga diri fisik, harga diri sosial) berdasarkan pengalamannya yang berbeda-beda.
Suatu penelitian yang menarik mengenai hubungan orang tua-anak dengan harga diri, menunjukkan bahwa sikap-sikap orang tua yang berkaitan dengan anak-anak yang memiliki harga diri yang tinggi adalah sebagai berikut.
1.      Menunjukkan ekspresi dari perhatian
2.      Tanggap pada masalah anak
3.      Harmonis di lingkungan rumah
4.      Berpartisipasi dalam kegiatan keluarga
5.      Menghargai kompetensi anak dan siap membantu anak jika diperlukan
6.      Menetapkan aturan secara adil
7.      Adanya kebebasan yang diberikan untuk anak dengan batasan-batasan tertentu
Dukungan sosial dalam bentuk peneriman dari lingkungan merupakan pengaruh yang paling besar dalam harga diri anak. Anak yang rendah harga dirinya berasl dari kehidupan keluarga yang penuh konflik atau dalam lingkungan, dimana anak ditolak kehadirannya dalam keluarga. Dengan demikian, guru atau orang dewasa lain yang cukup berpengaruh, merupakan sosok yang dapat memberikan dukungan pada anak.
Aktualisasi diri bukanlah merupakan kebutuhan utama bagi anak SD, justru kebutuhan ini menjadi lebih penting bagi remaja dan dewasa. Aktualisasi sebagai proses, dapat mengarahkan suatu pertumbuhan/perkembangan anak. Anak diarahkan melalui kebutuhan untuk menjadikan dirinya atau mengaktualisasikan dirinya dan proses dari aktualisasi positif dan tertuju pada dirinya ( dalam Lefrancois,1986).
          Sebagaimana harga diri, agar anak dapat mengakualisasikan diri atau kemampuannya maka peran lingkungan, khususnya orang tua dan guru, perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dimengerti karena anak usia SD masih memerlukan bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Sudah tentu jika orang tua maupun guru menghargai kemampuan dan keunggulan anak, serta memberikan rangsangan dan sarana yang menunjang kemampuan dan keunggulan anak tersebut akan lebih mudah bagi anak untuk mengaktualisasikan kemampuannya.

IV. Pengaruh Sekolah pada Kepribadian         

A.   HASRAT BERPRESTASI
Hasrat berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai sesuatu, keinginan untumencapai yang terbaik, memperluas usaha untuk mencapai sesuatu. Berbagai penelitian telah menghubungkan prestasi dengan respon yang berkaitan dengan aspek dari pengalaman dan tingkah laku individu. Hasil penelitiaan ini menunjukkan bahwa individu yang  memiliki orientasi berprestasi memiliki harapan yang besar  untuk berhasil daripada yang takut akan kegagalan ( Atkinson & Raynor, dalam Santrock, 1992). Sedangkan penelitian Huston-Stein  & Higgens-Trenk ( dalam Santrock, 1992) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan prestasi anak, orang ua perlu menetapkan standar tertentu agar anak berprestasi.

B.    MOTIVASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
Motivasi intrinsik merupakan harapan dalam diri (internal) unuk berhasil dan melakukan sesutu untuk diri sendiri. Motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh penghargaan atau hukuman dari luar (eksternal). Lepper dan Hodell (dalam Pintrich & Schunck,1996) menggemukakan ada 4 sumber dari motivasi intrinsik yaitu :
1.     Tantangan
2.    Rasa ingin tahu
3.    Kontrol
4.    Fantasi
Meskipun guru berperan dalam meningkatkan keempat sumber tersebut di lingkungan sekolah, namun tidak menutup kemungkinan agar orang tua juga menerapkannya di lingkunagan rumah. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa anak kelas 3 hingga 6 merasa bahwa sekolah merupakan strategi yang paling efektif untuk mencapai hasil kerja yang baik di sekolah (Santock,1992).

C.    ORIENTASI MASTERY DAN ORIENTASI HELPESS
Berkaitan dengan motivasi intrinsik, dan pentingnya usaha dalam mencapainya keberhasilan maka orientasi mastery berperan dalam diri seseorang. Orientasi helpless (tidak berdaya) menunjukkan anak terjebak dalam pengalaman yang menyulitkan maka mereka menghubungkan kesulitannya dengan ketidakmampuannya.sementara itu, orientasi mastery (menguasai sesuatu) menunjukkan anak yang berorientasi pada tugas. Anak mementingkan kemampuannya, anak juga memusatkan perhatiannya pada strategi belajarnya.
Shaffer (1996) menyebutkan ada beberapa karakteristik orang tua dari anak-anak yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Karakteristik tersebut adalah :
1.     Hangat, penuh peneriman, dan cepat memberikan pujian terhadap keberhasilan anak
2.    Memberikan bimbingan dan kontrol berdasarkan standar tertentu, kemudian memotivator perkembangan dari kebehasilan anak
3.    Menanamkan kemandirian pada anak.
Pengaruh teman sebaya cukup besar, khususnya pada anak remaja,bahkan kadang kala mrngurangi usaha orang tua untuk mendorong prestasi belajar anak. Namun demikian di usia anak SD pengaruh teman sebaya memang belum terlalu besar apabila di bandingakan dengan meraka yang berada di usia remaja. Pada usia SD guru cukup berperan, khususnya di lingkungan sekolah. Guru dapat mempengaruhi motivasi anak dalam berbagai cara, tetapi sebelum ia memutuskan akan menggunakan cara yang mana maka ia perlu membuat perencanan dan membuat keputusan. Perencanan guru sangat dipengaruhi oleh bagaiman karakter siswa di kelasnya, dan bagaiman memotivasi merupakan hal penting dalam membuat keputusan. Ada bebagai macam tipe/bentuk kelompok seperti kelompok yang senang bersaing, yang koopertif( dapat bekerja sama) atau yang individulistik.
Pintrich dan Schunk (1996) menunjukkan bahwa jika guru yang mengajar secara struktur, akan mengikuti prinsip-prinsip, seperti diawali dengan memberikan rangkumansecara singkat terhadap materi yang berkaitan dengan pokok bahasan, menyajikan materi secara bertahap. Pengaruh lain yang juga penting dalam motivasi siswa adalah model/tokoh yang dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan siswa, misalnya tidak hanya wali kelas, tetapi juga guru lain maupun kelompok sebaya.
Interaksi guru dan siswa merupakan hal yang penting berpengaruh dalam motivasi. Penghargaan juga dapat meningkatkan motivasi dan sekaligus dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan siswa. Suasana kelas juga dapat mempengaruhi motivasi siswa.
Kegiatan guru juga berkaiatan dengan manajemen kelas, khususnya dalam mencengah dan meminimalkan masalah, juga mempengaruhi motivasi siswa. Manajemen kelas yang baik tergantung dari usaha proaktif guu dalam mencengah masalah-masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan, bagaimana reaksi guru terhadap tingkah dari siswa, dan teknik yang digunakan guru untuk mengatasinya.

0 komentar:



Posting Komentar